Nasehatku Bagi Ahlus Sunnah (I)

oleh -19 views

Hendaklah mereka menjauhi sebab-sebab perpecahan dan perselisihan , dimana aqidah Ahlus Sunnah satu dan visi mereka satu, tidak ada pada mereka alas an untuk berpecah dan berselisih kecuali kejahilan, kelaliman, dan syetan. Dalam Shahih Muslim:
“Sesungguhnya syetan telah berputus asa untuk disembah oleh orang-orang yang ahli shalat di jazirah Arab, hanya saja dengan dia menaburkan benih perpecahan diantara mereka.”

Perselisihan itu buruk, sebagaimana yang dikatakan oleh Abdullah bin Mas’ud sewaktu Utsman mengimami orang-orang shalat di Mina sebanyak empat raka’at, maka Abdullah bin Umar beristirja (yakni mengucapkan Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’un) lalu berkata : “Saya telah melakukan shalat bersama Rasulullah sebanyak dua rakaat, bersama Abu Bakar dua rakaat, juga bersama Umar (dua rakaat).”

Muslim meriwayatkan dalam Shahihnya dari Ibnu Mas’ud yang berkata: Dahulu Rasulullah meluruskan pundak-pundak kami untuk shalat dan Beliau bersabda:
“Janganlah kalian berbeda-beda, maka hati kalian akan berselisih. Hendaklah yang berada dibelakangku diantara kalian: orang-orang yang dewasa dan berilmu lalu berikutnya lalu yang berikutnya!”

Imam al-Bukhari meriwayatkan dalam Shohihnya dari an-Nu’man bin Basyir,ia berkata bahwa Rasulullah bersabda:
“Benar-benar kalian akan meluruskan shaf kalian ataukah Allah akan menyelisihkan antara wajah-wajah kalian.”

Dari al-Barra’bin’Azib,ia berkata:”Dahulu Rasulullah menyusup-nyusupi shaf dari satu sisi ke sisi lainnya,Beliau meratakan dada dan pundak kami seraya beliau bersabda:
“Janganlah kalian berbeda-beda sehingga qalbu kalian berselisih.” Rasulullah juga bersabda:
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat ber sholawat untuk shaf-shaf pertama”
Diriwayatkan oleh Abu Dawud dengan sanad shohih, rijalnya rijal shohih, kecuali Abdurrahman bin Usajah, namun an-Nasaai telah mentsiqohkannya.

Dalam Shohihain dari Ibnu Abbas,ia berkata : Ketika menjelang kematian Nabi sementara dirumah Beliau ada beberapa orang laki-laki termasuk Umar bin al-Khaththab,
Beliau bersabda: ”Kemarilah saya akan menuliskan bagi kalian sebuah tulisan yang kalian tidak akan sesat setelahnya”.Umar berkata,”Sesungguhnya Nabi telah merasakan sakit yang sangat sementara pada kalian ada Al-Qur’an,cukuplah bagi kita Kitabullah.”
Akhirnya orang-orang yang ada dirumah itu berselisih dan bertengkar, di antara mereka ada yang berkata,”Dekatkanlah agar Rasulullah menuliskan buat kalian sebuah tulisan hingga kalian tidak akan tersesat setelahnya”. Tetapi diantara mereka juga ada yang mengatakan seperti perkataan Umar. Sehingga tatkala mereka sudah sangat gaduh dan berselisih disisi Rasulullah, Beliau bersabda:”Pergilah kalian dariku!”.
’Ubaidullah berkata: Dahulu Ibnu ‘Abbas berkata:”Sesungguhnya bencana, benar-benar bencana apa yang telah menghalangi Rasulullah untuk menuliskan bagi mereka tulisan itu, yakni perselisihan dan kegaduhan mereka.”

Al-Bukhari meriwayatkan dalam Shohihnya dari ‘Ubadah bun ash-Shamit, ia berkata: Nabi keluar untuk mengabarkan kami tentang Lailatul Qadr.Lalu tiba-tiba ada dua orang kaum muslimin yang bertengkar,maka Rasulullah bersabda:
“Saya tadinya keluar hendak mengabarkan kalian tentang malam Lailatul Qadr,lalu si fulan dan fulan bertengkar,maka hal itu terangkat {terlupakan}.Semoga itu lebih baik bagi kalian,carilah di kesembilan,ketujuh,dan kelima!”

Muslim meriwayatkan dalam Shohihnya dari Abi Sa’id al-Khudri yang berkata:”Rasulullah beri’tikaf disepuluh hari pertengahan Ramadhan untuk mencari Lailatul Qadar sebelum ditampakkan bagi Beliau. Ketika selesai sepuluh hari pertengahan Ramadhan, Beliau memerintahkan untuk merobohkan bangunan masjid untuk diperbaiki. Setelah itu, ditampakkan bagi beliau bahwa Lailatul Qodr disepuluh terakhir,maka Beliaupun memerintahkan untuk membangunnya, iapun dibangun kembali. Kemudian Beliau keluar menemui orang-orang seraya bersabda:
“Wahai manusia! Sesungguhnya tadi telah ditampakkan kepadaku Laialtul Qadr, serta saya telah keluar untuk mengabarkan kalian tentangnya, namun tiba-tiba datang dua laki-laki yang berpekara, keduanya disertai syetan, sehingga sayapun terlupakan (Lailatul Qadr), maka carilah di sepuluh terakhir Ramadhan!”
Sampai ucapan Imam Muslim: Ibnu Khallad meriwayatkan ‘Dua laki-laki yang bertengkar’ sebagai pengganti dari ‘dua laki-laki yang berpekara’.

Abu Dawud meriwayatkan dengan sanad yang shahih dari Abi Tsa’labah al-Khusyani, ia berkata bahwa Umar berkata: Dahulu orang-orang kalau Rasulullah singgah di suatu tempat, merekapun berpencar ke perbagai celah bukit dan lembah, maka Rasulullah bersabda:
“Sesungguhnya berpencarnya kalian di celah-celah bukit dan lembah ini, hanyalah timbul sebab syetan.”
Maka tidaklah Beliau singgah di suatu tempat setelah itu melainkan semua mereka berkumpul, sehingga diungkapkan (tentang mereka): “Andaikata dihamparkan satu kain untuk mereka maka itu sudah mencukupi.”

Al-Bukhari meriwayatkan dalam shahihnya dari Ali yang berkata: Putuskanlah sebagaimana dahulu kalian putuskan, sebab sesungguhnya saya tidak suka perselisihan, agar manusia menjadi satu jama’ah atau saya wafat sebagaimana wafatnya para shahabatku.”

Kalian –Alhamdulilah- wahai Ahlus Sunnah!
Bukanlah seperti Rawafidh (orang-orang Syiah Rafidhah) yang sebagian mereka mengkafirkan sebagian lainnya, demikian juga para pemimpin Mu’tazilah, sebagian mereka mengkafirkan sebagian lainnya, sebagaimana yang tersebut dalam kitab al-Milal wan Nihal. Adapun Ahlus Sunnah –Alhamdulilah-, kebanyakan perselisihan mereka hanya tentang makna kalimat hadits dalam perkara-perkara ibadah yang memang datang dari Peletak syari’at secara beragam atau hanya tentang suatu hadits yang sisi pandang mereka berbeda-beda dalam menshahihkan atau mendhaifkan, dan lain sebagainya dari sebab-sebab perbedaan pendapat yang telah disebutkan oleh Ibnu Taimiyyah.

Kalian mengetahui wahai Ahlus Sunnah! Kalau para musuh kalian sangat merindukan agar kalian tertimpa bencana….Kalian tahu kalau para musuh Islam tidaklah menakuti selain kalian, sehingga mereka sangat berambisi untuk memecah belah kekuatan persatuan kalian dengan segala macam cara.

Sesungguhnya kewajiban Ahlus Sunnah untuk memiliki kesiapan memberikan solusi bagi semua persoalan dunia, merekalah yang mampu untuk itu dan pantas untuk itu, merekalah orang-orang yang telah Allah beri pemahaman terhadap Kitabullah dan Sunnah Rasul secara benar.

Sesungguhnya Ahlus Sunnah ternilai sebagai mayoritas penduduk dunia Islam, hanya saja berpecah belahnya mereka, berselisihnya mereka, dan kejahilan masing-masing bangsa tentang ihwal bangsa selainnya telah membuat mereka meleleh dalam pandangan masyarakat dunia. Namun kita benar-benar mengharapkan semoga Allah memberikan taufiq kepada semua yang tegak menda’wahkan Sunnah untuk benar-benar memperhatikan keadaan Ahlus Sunnah serta menutupi kekurangan dan keberadaannya, semoga Allah mengumpulkan kekuatan mereka.

Bukankah kalian wahai Ahlus Sunnah, manusia yang paling pantas dikumpulkan kekuatannya dan disatukan kalimatnya?! Rabbul Izzah berfirman dalam Kitab-Nya yang mulia:
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai.” (Ali-Imran:103)
Nabi bersabda sebagaimana yang tersebut dalam shahihain dari hadits Abi Musa:
“Seorang mukmin bagi mukmin lainnya laksana satu bangunan yang sebagiannya menguatkan sebagian lainnya.”
Dan beliau bersabda sebagaimana dalam shahihain dari hadits an-Nukman bin Basyir:
“Perumpamaan kaum mukminin dalam saling cinta dan sayang mereka laksana satu tubuh, jikalau ada satu anggota tubuh yang mengeluh, maka seluruh tubuh ikut merasakan demam dan bergadang.”

Rafidhah menyibukkan dunia dengan khabar beritanya dan menyesatkan banyak manusia, bahkan menghalangi mereka dari menunaikan manasik (ibadah) haji. Dimana manusia telah datang dari segala penjuru yang jauh untuk menunaikan manasik haji dan untuk mengingat Allah di berbagai tempat yang mengandung syiar penuh barokah itu, lalu tiba-tiba keluar Rafidhah melakukan demonstrasi jahiliyah sambil meneriakkan”khomeini…Khomeini….!!”

Maka siapakah yang sanggup untuk menghancurkan perkumpulan macam ini yang melakukan pelanggaran terhadap perintah Allah dan menjadikan haji sebagai syiar anarkhis, kericuhan, dan seruan jahiliyah…?1 Tidak ada yang sanggup selain Ahlus Sunnah- dengan izin Allah jika kalimat mereka bersatu dan mereka benar-benar sebagai Ahlus Sunnah sejati.
Sesungguhnya kebangkitan Islam yang telah dikehendaki oleh Allah ini membutuhkan perhatian, lalu siapakah yang akan memperhatikannya selain dari Ahlus sunnah?!

(Dikutip dari buku terjemah berjudul “Mutiara Nasehat Syaikh Muqbil bin Hadi Al Wadi’I Kepada Para Penuntut Ilmu dan Salafiyin, Penerbit Pustaka Al-Haura)

No More Posts Available.

No more pages to load.