Rinai-rinai Cerita Episode Keempat: Indahnya Sebuah Kekecewaan

oleh -28 views

Indahnya Sebuah Kekecewaan

(Rinai-rinai Cerita Episode Keempat)

 

Selepas sahur… menjelang adzan Shubuh berkumandang.

Kami delapan sekawan masih menikmati gelas-gelas mungil berisi teh hangat, penutup acara sahur. Sambil berbincang-bincang, jari jemari ini bermain menyusun kata-kata untuk istri melalui email,

“Apa yang Allah takdirkan pastilah yang terbaik. Tadi, Hakam Fuyus sms : kesepuluh pendaftar umroh tidak satu pun yang keluar visanya (termasuk Hakam sendiri).

Sedih memang, kedua mata ini hampir tak mampu menahan air mata. Namun, ini termasuk momen untuk belajar terus Mengendapkan Rasa..

Semoga esok-esok hari, Hamba Mu ya Allah mampu mengendapkan rasa kecewa jika sebuah keinginan belum tergapai. Ya Allah berikanlah ganti yang terbaik. Amin ya Arhamar Raahimin”

“Kegagalan” umroh yang telah saya rencanakan menjadi salah satu bahan perbincangan di dalam ruang kecil kami. Kawan-kawan menghibur dengan caranya masing-masing. Namun, mata ini tetap basah tergenang air mata. Dingin sekali terasa bulir-bulir air mata yang jatuh mengena di pori-pori tangan.

“Afwan ya, kalian punya teman yang cengeng”, kata-kata yang terpatah-patah ini saya sampaikan kepada kawan-kawan sambil terisak dan tenggorokan yang tersekat.

Salah seorang dari mereka menanggapi,”Ndak apa-apa, Ustadz. Justru itu tanda datangnya dari kalbu”

“Gimana ya… Ana sangat merindukan Ka’bah”, saya mencoba mengungkapkan sebuah alasan.

Merindukah Anda dengan Ka’bah dan Masjidil Haram? Pasti…

Ketika sms dari Hakam (kawan yang mengusahakan Visa Umroh) saya terima dan baca di malam dini hari, hati tidak bergejolak sedikit pun. Sebab dari awal, cermin kegagalan telah saya persiapkan matang-matang jika seandainya niatan Umroh tertunda. Tidur pun tetap nyenyak terasa.

Hanya saja… saat terbangun dari tidur untuk bersiap-siap sahur, terasa sekali ada sesuatu yang “hilang” dari kehidupan ini. Ternyata saya tidak dapat ingkar, niatan Umroh di bulan Ramadhan tahun ini amat begitu besar. Pantas saja jika sebangunnya dari tidur, semacam “kekurangan” segera menjalar di seluruh tubuh.

Semoga kesedihan ini merupakan tanda kebaikan.

***

Tatkala gema perang Tabuk digaungkan di tengah-tengah kaum muslimin, pertanda ujian keimanan datang menyapa. Kondisi serba sulit tengah menyelimuti kaum muslimin. Cuaca panas yang ekstrem, masa paceklik yang sedang berlangsung, jauhnya jarak tempuh ditambah minimnya logistik dan terbatasnya persediaan air minum menjadikan perang Tabuk disebut dengan Perang Al ‘Usrah (masa-masa sulit).

Tidak semua sahabat ketika itu mempunyai bekal dan hewan tunggangan yang dapat dipakai. Sejumlah orang datang menemui Rasululullah untuk memohon bantuan hewan tunggangan. Akan tetapi Rasulullah pun mengangkat tangan, tidak dapat memenuhi permohonan mereka. Benar-benar masa yang sulit bagi kaum muslimin!

Orang-orang tersebut pulang dengan memikul kesedihan hati nan mendalam. Bahkan, mata mereka basah tergenang oleh air mata. Bagaimana tidak bersedih? Tekad dan cita-cita mereka untuk beribadah dalam bentuk Jihad begitu membaja di dada. Mereka ingin dekat dengan Allah Rabbul Alamin. Akan tetapi, udzur telah membatasi dari ibadah.

Allah menghibur mereka! Lihatlah, wahai Saudaraku…. Dari atas langit ketujuh Allah menghibur hambaNya yang telah bertekad untuk beribadah namun terhalang oleh udzur. Apakah kita akan membiarkan diri untuk tenggelam di dalam badai kekecewaan? Bukankah seharusnya kita tetap berbahagia, karena Allah telah menghibur?

Allah berfirman di dalam Al Qur’an ;

    وَلاَعَلَى الَّذِينَ إِذَا مَآأَتَوْكَ لِتَحْمِلَهُمْ قُلْتَ لآَأَجِدُ مَآأَحْمِلُكُمْ عَلَيْهِ تَوَلَّوا وَّأَعْيُنُهُمْ تَفِيضُ مِنَ الدَّمْعِ حَزَنًا أَلاَّيَجِدُوا مَايُنفِقُونَ

Dan tiada (pula dosa) atas orang-orang yang apabila mereka datang kepadamu, supaya kamu memberi mereka kendaraan, lalu kamu berkata:”Aku tidak memperoleh kendaraan untuk membawamu”, lalu mereka kembali, sedang mereka bercucuran air mata karena kesedihan, lantaran mereka tidak memperoleh apa yang akan mereka nafkahkan. (QS. 9:92)

Jangan tenggelam di dalam kekecewaan! Jangan terseret arus kesedihan! Jangan ikutkan hati terperangkap dalam pusaran badai kegagalan! Setiap kali Anda bercita-cita untuk mengamalkan sebuah ibadah, luruskanlah niat dan tatalah keikhlasan.Tempuhlah langkah-langkah yang membuktikan Anda benar-benar serius untuk mengamalkan ibadah tersebut. Persering dan perbanyaklah memohon dalam doa kepada Allah.

Jika akhirnya gagal?… Sebuah kegagalan karena sebuah udzur yang syar’i…

Ingat-ingatlah kembali sabda Nabi yang sangat menghibur dan menenteramkan hati berikut ini!

Di dalam perjalanan pulang dari Perang Tabuk (hadits Anas bin Malik Bukhari Muslim), ketika itu iring-iringan pasukan kaum muslimin telah semakin dekat dengan kota Madinah.

“Di kota Madinah saat ini, ada beberapa orang yang tetap tercatat memperoleh pahala sebagaimana pahala kalian ketika melintasi lembah dan menempuh perjalanan (padahal mereka tidak ikut berjihad)”, Rasulullah mensabdakan demikian ketika itu di hadapan para sahabat.

Para sahabat bertanya penuh keheranan, “Bukankah mereka hanya berdiam diri di kota Madinah, wahai Rasulullah?”

Dengan indahnya Rasulullah menjawab tanda tanya tersebut… Dengan indahnya pula Rasulullah menukar kekecewaan sebagian sahabatnya yang tidak dapat turut serta di dalam perang Tabuk… Menukar kekecewaan dengan keindahan…

    وَهُمْ بِالْمَدِينَةِ، حَبَسَهُمُ العُذْر

“Mereka memang hanya berdiam diri di kota Madinah. Akan tetapi, udzur-lah yang telah menghalangi mereka untuk sama-sama berangkat berjihad bersama kita”

Subhaanallah! Luar biasa sekali!

Walaupun tidak turut berjihad secara langsung, orang-orang tersebut tercatat memperoleh pahala Jihad. Sebab di dalam hati mereka, tekad dan kesungguhan niat untuk turut berjihad telah tertuang dalam bentuk sebuah bangunan kokoh nan megah.

Sungguh sebuah hiburan yang sangat mengobati kekecewaan dan merubahnya menjadi momen indah dalam hidup.

Lalu saya berpikir, “Rencana Umroh bulan Ramadhan ini memang gagal… Sedih boleh-boleh saja… Kecewa pun mungkin masih wajar… Namun, apakah harus terus ‘memelihara’ kesedihan dan kekecewaan? Bukankah telah banyak rencana-rencana yang kita susun,lalu dimudahkan Allah untuk kemudian benar-benar terwujud?”

Benar demikian bukan,wahai Saudaraku?

Katakanlah, sebuah rencana telah matang kita susun. Kemudian rencana tersebut akhirnya gagal. Apakah kita harus terpenjara dan terbelenggu oleh kekecewaan? Bebaskanlah dirimu dari penjara kekecewaan! Lepaskanlah belenggu kekecewaan dari dirimu! Sebab, Allah telah banyak memberi kesempatan untuk kita dalam mewujudkan rencana-rencana kita…

Allahu Akbar!

Di masa tua, sahabat Sa’ad bin Abi Waqqash menjadi buta kedua matanya. Dalam sebuah kesempatan berkunjung ke Makkah, orang-orang berebut untuk menemui beliau. Sebagai seseorang yang dikenal mujaabud da’wah (doanya dikabulkan), wajar saja jika orang-orang itu datang menemui Sa’ad bin Abi Waqqash untuk memohon didoakan.

Seorang pemuda ahli qira’ah dari Mekkah bernama Abdullah bin As Saib juga datang menemui Sa’ad. Setelah berkenalan dan bercerita panjang lebar, Abdullah bertanya dengan sopan,

“Wahai paman, Anda mendoakan orang-orang itu. Lalu kenapa paman tidak berdoa untuk paman sendiri agar Allah menyembuhkan kebutaan paman?”

Luar biasa! Subhaanallah!

Sangat di luar kelaziman manusia awam semacam kita, jawaban yang diberikan oleh Sa’ad bin Abi Waqqash.Kualitas keimanan dan ketakwaan telah mendorong beliau untuk bersikap indah dalam jawaban menggetarkan (Madarijus Saalikin 2/217),

    قَضَاءُ اللهِ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ بَصَرِيْ

“Ketetapan yang Allah pilihkan (buta), lebih aku sukai dibandingkan mata yang kembali mampu melihat”

Apapun keputusan yang Allah pilihkan untuk kita,yakinlah sebagai yang terbaik! Prinsip semacam ini tentu akan sangat membantu kita untuk mengendapkan rasa kecewa yang selalu hadir di dalam rangkaian kehidupan dunia. Sebab, tidak semua keinginan kita terkabul. Sekali lagi… Yakinlah bahwa keputusan Allah adalah yang terbaik!

Indahnya kekecewaan karena Umroh yang tertunda semakin bertambah indah ketika istri tercinta mengirim email balasan ;

“Alhamdulillah ‘ala kulli haal”

Apapun kondisinya… Bagaimanapun keadaannya… Seperti apapun hasilnya… Segala puji hanyalah milik Allah semata…

_abu nasiim mukhtar “iben” rifai la firlaz_

15 Ramadhan 1434 H_09.56 pagi_24 Juli 2013_

masih terus belajar dan berlatih_di salah satu sudut di Negeri Rindu_

Sumber : ibnutaimiyah.org

 

 

No More Posts Available.

No more pages to load.